Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah perairan timurnya pada Minggu (9/10/2022).

Penembakan rudal itu dilakukan sehari setelah Pyongyang memperingatkan latihan bersama angkatan laut Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan di dekat Semenanjung Korea.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya mendeteksi dua peluncuran rudal pada hari Minggu antara pukul 01.48 dan 1.58 dini hari dari kota pesisir timur Munchon di Utara.

Ia menambahkan bahwa militer Korea Selatan telah meningkatkan postur pengawasannya dan mempertahankan kesiapan dalam koordinasi yang erat dengan AS.

Wakil Menteri Pertahanan Jepang Toshiro Ino juga mengkonfirmasi peluncuran tersebut, dengan mengatakan kegiatan uji coba rudal Korea Utara “sama sekali tidak dapat diterima” karena mengancam perdamaian serta keamanan regional dan internasional.

Ino mengatakan senjata itu bisa berupa rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam.

“Kami terus menganalisis rincian rudal, termasuk kemungkinan diluncurkan dari laut,” kata Ino sebagaimana dikutip AP News.

Pengejaran Korea Utara akan kemampuan menembakkan rudal dari kapal selam akan menjadi perkembangan yang mengkhawatirkan bagi para pesaingnya karena lebih sulit untuk mendeteksi peluncuran seperti itu sebelumnya.

Korea Utara diyakini terakhir kali menguji peluncuran rudal dari kapal selam pada Mei.

Militer Korea Selatan dan Jepang menilai rudal tersebut terbang sekitar 350 kilometer dan mencapai ketinggian maksimum 90 hingga 100 kilometer sebelum jatuh ke perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida secara terpisah menginstruksikan para pejabat untuk mengumpulkan dan menganalisis semua informasi yang mereka bisa dan mempercepat pembaruan tentang uji coba rudal Korea Utara ke publik.

Kantornya mengatakan pihaknya juga berusaha memastikan keselamatan semua pesawat dan kapal di perairan sekitar Jepang sambil mempersiapkan segala kemungkinan.

Sementara itu, kantor kepresidenan Korea Selatan mengatakan Direktur Keamanan Nasional Kim Sung-han mengadakan pertemuan keamanan darurat atas penembakan rudal Korea Utara.

Anggota pertemuan tersebut kemudian meninjau kesiapan pertahanan Seoul dan membahas cara-cara untuk memperkuat kerja sama dengan Washington dan Tokyo untuk melawan ancaman Pyongyang yang berkembang.

Seoul memperingatkan bahwa provokasi berturut-turut Pyongyang akan memperdalam isolasi internasionalnya dan meningkatkan “ketidakstabilan rezim” dengan memperburuk ekonomi dan mata pencaharian rakyatnya.

Komando Indo-Pasifik AS mengatakan penembakan rudal tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel atau wilayah AS, atau sekutunya.

Korea Utara dilaporkan telah meluncurkan rudal balistik jarak menengah ke kawasan Jepang, tembakan ini merupakan kali kelima yang dilakukan presiden Korut Kim Jong-un dalam sepuluh hari terakhir. – Korea Utara menembakkan dua rudal balistik ke arah lautnya setelah angkatan laut Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan menggelar latihan bersama. (HO)

Tetapi dikatakan penembakan rudal itu menyoroti “dampak destabilisasi” dari senjata pemusnah massal dan program rudal balistik Korea Utara yang melanggar hukum.

Dikatakan komitmen AS untuk pertahanan Korea Selatan dan Jepang tetap kuat.

Penembakan rudal, uji coba senjata putaran ketujuh Korea Utara dalam dua minggu, dilakukan beberapa jam setelah AS dan Korea Selatan menyelesaikan dua hari latihan angkatan laut di lepas pantai timur Semenanjung Korea.

Latihan tersebut melibatkan kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan dan kelompok tempurnya, yang kembali ke daerah itu setelah Korea Utara menembakkan sebuah rudal yang kuat di atas Jepang pekan lalu untuk memprotes pelatihan kelompok kapal induk sebelumnya dengan Korea Selatan.

Pada hari Sabtu, Kementerian Pertahanan Korea Utara memperingatkan bahwa pemindahan Reagan menyebabkan “percikan negatif yang sangat besar” dalam keamanan regional.

Kementerian menyebut uji coba rudal baru-baru ini sebagai “reaksi benar” terhadap latihan militer yang mengintimidasi antara Korea Selatan dan AS.

Korea Utara menganggap latihan militer AS-Korea Selatan sebagai latihan invasi dan sangat sensitif jika latihan tersebut melibatkan aset strategis Amerika seperti kapal induk.

Korea Utara berargumen bahwa pihaknya terpaksa mengejar program senjata nuklir untuk mengatasi ancaman nuklir AS.

Di sisi lain, pejabat AS dan Korea Selatan telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk menyerang Korea Utara.

Korea Utara telah meluncurkan lebih dari 40 rudal balistik dan jelajah di lebih dari 20 putaran berbeda tahun ini, memanfaatkan perpecahan di Dewan Keamanan PBB yang semakin dalam atas perang Rusia di Ukraina sebagai jendela untuk mempercepat pengembangan senjata.

Militer Amerika Serikat dan Korea Selatan menggelar latihan militer gabungan bertajuk Ulchi Freedom Shield untuk merespon ancaman Korea Utara. – Korea Utara menembakkan dua rudal balistik ke arah lautnya setelah angkatan laut Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan menggelar latihan bersama. (Armen Press)

Rekor jumlah tes termasuk peluncuran rudal berkemampuan nuklir minggu lalu yang terbang di atas Jepang untuk pertama kalinya dalam lima tahun.

Diperkirakan rudal itu telah menempuh perjalanan sekitar 4.500-4.600 kilometer, jarak yang cukup untuk mencapai wilayah Guam Pasifik AS dan sekitarnya.

Pejabat Korea Selatan mengatakan Pyongyang mungkin akan segera menaikkan taruhan dengan melakukan rudal balistik antarbenua atau ledakan uji coba nuklir, mengikuti pola tradisional pembuatan krisis diplomatik dengan uji coba senjata dan ancaman sebelum menawarkan negosiasi yang bertujuan untuk mengekstraksi konsesi.

Ada juga kekhawatiran tentang provokasi di sepanjang perbatasan darat dan laut Korea.

Penembakan rudal hari Minggu terjadi pada malam peringatan 77 tahun berdirinya Partai Buruh yang berkuasa di Korea Utara.

Awal tahun ini, Korea Utara menguji coba rudal balistik berkemampuan nuklir lainnya yang menempatkan daratan AS, Korea Selatan dan Jepang dalam jarak serang.

Uji coba Korea Utara menunjukkan pemimpinnya, Kim Jong Un, tidak berniat melanjutkan diplomasi dengan AS dan ingin fokus pada perluasan persenjataan senjatanya.

Tetapi beberapa ahli mengatakan Kim pada akhirnya akan bertujuan untuk menggunakan program nuklirnya yang canggih untuk merebut konsesi luar yang lebih besar, seperti pengakuan Korea Utara sebagai negara nuklir yang sah, yang menurut Kim penting untuk mencabut sanksi PBB yang melumpuhkan.

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber Artikel.