Inilah hasil temuan investigasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan pernyataan Ketua Panpel Arema Abdul Haris terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Berdasarkan keterangan Komnas HAM, beberapa pintu tribun di Stadion Kanjuruhan terbuka, termasuk pintu 13.
Namun, pintu yang terbuka hanya berukuran kecil.
“Berdasarkan video dan informasi dan keterangan yang diterima Komnas HAM, ditemukan bahwa kondisi pintu tribun terbuka,” ucapnya dalam konferensi pers, dikutip Tribunnews.com dari kanal YouTube Kompas TV, Rabu (12/10/2022).
“Meskipun yang dibuka adalah pintu kecil termasuk pintu tribun 10, 11, 12, 13, dan 14,” imbuhnya.
“Pintu 13 terbuka, tapi kecil,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Choirul Anam juga menyinggung kabar soal kondisi pintu di Stadion Kanjuruhan tertutup saat gas air mata ditembakkan.
Berdasarkan keterangan saksi, Komnas HAM menegaskan, pintu 13 dalam kondisi terbuka saat peristiwa itu terjadi, tapi kecil.
Choirul Anam mengatakan, video yang memperlihatkan pintu tribun 13 terbuka kerusuhan terjadi harus dilihat secara serius.
“Kalau pintu yang kecil itu terbuka sejak awal, kami konfirmasi dari berbagai video, termasuk video yang di sosial media.”
“Memang kita harus lihat dengan serius. Kami punya satu video eksklusif, jadi salah satu video kunci bahwa pintu-pintu ini terbuka, termasuk perdebatan di publik (soal) pintu 13,” ucapnya.
Sementara itu, dari pernyataan Ketua Panpel Arema, Abdul Haris, menyebut pihaknya telah mengingatkan untuk membuka pintu terbuka 5-10 menit sebelum pertandingan selesai.
Ketua Panpel mengatakan, sudah melakukan pengarahan sebelum laga Arema vs Persebaya digelar.
“Begitu juga briefing (pengarahan) Pak Suko (security officer), saya sampaikan ini laga big match tolong semua pintu terbuka, 5 menit atau 10 menit pertandingan usai, pintu harus terbuka, itu sesuai dengan prosedur dan harus dilaksanakan,” kata Abdul Haris.
Ia pun meyakini, pintu-pintu keluar Stadion Kanjuruhan terbuka jelang laga berakhir.
Ketika peristiwa terjadi, kata Abdul Haris, dirinya berada di lapangan.
Meski begitu, ia mengaku sudah mendapat laporan pintu stadion semua telah dibuka 10 menit sebelum pertandingan.
“Kami selaku ketua Panpel berada di tengah, laporan saya itu semua dibuka,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, tragedi di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) lalu mnegakibatkan ratusan orang meninggal dan luka-luka.
Saat ini, dilaporkan 132 orang meninggal dunia.
Sementara, ratusan korban lainnya luka ringan hingga berat.
Banyaknya korban yang jatuh diduga karena kehabisan oksigen dan berdesakan setelah aparat menembakkan gas air mata ke arah tribun.
Kesaksian Aremania
Dikutip dari Suryamalang.com, Aremania, Curva Sud, menegaskan Pintu 13 Kanjuruhan terbuka di menit 85 pertandingan.
Artinya, pada pintu 13 dalam kondisi terbuka saat 5 menit sebelum pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya berakhir.
Sementara tragedi maut di Kanjuruhan terjadi beberapa saat setelah laga usai.
Kemudian, Aremanita, Dila, mengatakan pintu 13 sempat terbuka saat pertandingan antara Arema FC vs Persebaya memasuki menit ke-85.
Dila meyakinkan, Pintu 13 benar terbuka karena ia sempat keluar dari stadion di menit 85 pertandingan, sebelum kemudian masuk kembali dari pintu yang sama.
“Saya sempat keluar dan bisa masuk lagi dari Pintu 13, saat itu kondisinya masih stabil , saya masuk lagi soalnya denger katanya ada tembakan gas air mata,” kata Dila ketika diwawancarai Suryamalang.com pada Selasa (4/10/2022) lalu.
Lebih jauh, ia mengisahkan, bisa masuk dan naik ke tribune Ekonomi lagi sampai akhirnya ia berusaha keluar lagi dari pintu yang sama karena paparan gas air mata.
Tetapi, ketika ingin keluar dari stadion, wanita itu melihat pintu 13 dari Stadion Kanjuruhan sudah dalam kondisi tertutup.
“Terus saya kembali mau keluar, pintu sudah tertutup,” imbuhnya.
Terkait pintu 13 yang sempat diketahui terbuka di menit 85 juga dibenarkan oleh Nawi, Aremania yang pada waktu itu bersama Dila.
Nawi (Iwan) bahkan berani menegaskan, saat ia keluar dari stadion dari Pintu 13 di menit 85, pintu itu masih dijaga petugas.
“Waktu keluar Pintu 13 kondisi terbuka, masih ada polisi, masih ada tentara, portir juga masih ada. Tapi anehnya setelah saya masuk lagi pintu itu sudah terkunci, digembok, gemboknya itu segini (menggambarkan ukuran gembok dengan tangannya),” ucap Nawi.
Ia memastikan, saat kondisi panik malam itu pintu 13 sudah terkunci rapat tak ada bagian yang terbuka.
Nawi bersama 3 rekannya berusaha menjebol tembok ventilasi dari bahan roster di samping Pintu.
“Yang jebol (roster) di Pintu 13 itu saya , saya sama 3 orang teman saya yang jebol itu,” jelasnya.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Suryamalang.com/Rizal Vanani, Kompas.com/Vitorio Mantalean, Kompas.tv)
Simak berita lainnya terkait Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan